Serat Optik
Saat ini, kita dapat menggunakan berbagai macam kemudahan berkomunikasi yang dihasilkan oleh teknologi telekomunikasi. Kemudahan yang dihasilkan seperti cepatnya penyampaian pesan dari suatu tempat ke tempat yang lain dan beroperasinya satelit telekomunikasi Palapa dapat terjadi karena adanya perkembangan teknologi yang bernama teknologi sistem serat optik
Teknologi ini berupa kabel terbuat dari kaca yang dapat mentransmisikan sinar cahaya dari suatu tempat dan ke tempat lain dan mengubahnya menjadi energi yang dapat digunakan oleh manusia untuk kehidupannya baik dalam berkomunikasi atau pun untuk keperluan lainnya.
Sistem serat optik telah lama digunakan dan pertama kali digunakan oleh sang penemu telepon, Alexander Graham Bell, dalam penemuannya yaitu photophone. Alat ini bekerja dengan sinar cahaya yang kemudian jatuh pada alat yang sensitif terhadap cahaya dan akhirnya memproduksi suara manusia. Beberapa tahun kemudian lahirlah alat yang disebut LED atau LD, berguna untuk pengadaan jaringan komunikasi berkapasitas tinggi. Light-Emitting Diodes (LED) dan Light Diodes merupakan alat encoding yang mengubah suara menjadi sinyal listrik transmitter (mengubah sinyal listrik menjadi sinyal gelombang) melalui energi optikal. Pengubahan energi ini dapat bekerja dengan kecepatan membawa informasi hingga 10 Gb km/s.
Telah kita ketahui bahwa sistem serat optik ini mengubah sinar cahaya menjadi energi listrik atau suara. Akan tetapi sebenarnya bagaimanakah prinsip kerja transmisi pada serat optik? Pertama-tama sumber cahaya mengubah sinyal listrik dari pemancar menjadi sinyal cahaya. Kemudian cahaya secara saling menyilang masuk ke dalam serat menuju bagian yang disebut core atau inti dan mengalami pemantulan dari arah luar core kembali ke dalam core melalui cladding. Kemampuan cladding untuk memantulkan cahaya disebabkan karena indeks biasnya lebih kecil dari indeks bias core. Lalu cahaya yang membawa informasi ini akan menuju detektor sebagai bagian akhir dari kabel dan mengubahnya kembali menjadi sinyal listrik untuk diproses lebih lanjut oleh penerima.
Proses transmisi yang dilakukan dalam sistem serat optik ternyata memiliki kelebihan-kelebihan yaitu karena menggunakan cahaya maka kapasitas informasi yang dapat dibawa sangat besar dibandingkan sistem komunikasi lainnya, ukuran kabelnya yang kecil dan ringan memudahkan pengangkutan pemasangan di lokasi yang diinginkan. Ketidak adanya interfensi atau kebalnya kabel serat optik ini terhadap gelombang lain akan memungkinkan kabel dipasang pada tegangan tinggi. Selain itu, penjagaan data yang ketat menyebabkan sulitnya informasi untuk dibajak kecuali timbulnya kerusakan pada fisik kabel, dan redaman transmisi yang kecil membuat sistem ini menggunakan repeater yang sedikit.
Setiap proses atau alat mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam aplikasinya. Demikian halnya terjadi pada sistem lain, proses transmisi yang dilakukan sistem serat optik juga memiliki kekurangan. Pada sistem ini mengenal adanya dispersi yang mengakibatkan pulsa cahaya dalam serat optik mengalami pelebaran. Lebar pulsa cahaya ini bertambah besar saat bergerak sepanjang serat optik. Karena data dikirimkan melalui serat optik dalam bentuk deretan pulsa cahaya, maka kalau lebar pulsa semakin besar maka pulsa yang berdekatan akan saling tumpang tindih.
Walaupun begitu, faktor dispersi dapat diselesaikan dengan menggunakan jenis serat optik single-mode daripada menggunakan jenis multimode. Dalam single-mode serat dibuat dengan inti yang lebih sempit volumenya sehingga jarak minimal antarpulsa cahaya dalam deretan yang dikirimkan ini memiliki batas tertentu, supaya tiap-tiap pulsa masih dikenali. Salah satu kekurangan lainnya adalah komponen yang ada dari serat optik membutuhkan dana yang lebih besar untuk kabelnya dan aplikasi yang dibuthukan untuk sistem serat optik.
Aplikasi
Pada aplikasinya sistem serat optik digunakan pada industri prduksi video karena karakteristik transmisi dan desainnya yang ringan. Kapasitas informasi yang dibawa oleh serat membuat sistem ini ideal digunakan pada studio televisi yang secara keseluruhan memakai sistem digital. Selain itu, sistem ini telah digunakan untuk menghasilkan jaringan LAN yang efisien. Sistem serat optik telah lama digunakan sebagai penunjang dari satelit dan jaringan bawah laut. Kini sebuah konsorsium serat optik laut internasional Asia-America Gateway (AAG) sedang membangun jaringan dari Singapura, Malaysia, Hongkong, langsung ke AS melalui Guam dan tentu saja melewati Indonesia.
Tidak hanya dalam teknologi telekomunikasi, serat optik juga telah membawa pengaruh besar dalam bidang kedokteran, yaitu dengan adanya jenis tertentu untuk operasi dengan laser. Serat ini digunakan juga sebagai fiberscope yang berfungsi sebagai alat penunjuk bagian dalam tubuh seseorang ketika sedang diadakannya operasi.
Dari penjelasan yang telah dituliskan sebelumnya bahwa serat optik dapat mengubah cahaya menjadi energi listrik maka serat optik juga mampu mentransmisikan gambar dan besar pengaruhnya pada perkembangan televisi berdefinisi tinggi atau High-Definition Television (HDTV). Teknologi televisi ini meningkatkan kualitas gambar dan film pada tampilan layar televisi serta meningkatkan kualitas suara. Pengembangan HDTV telah membawa pengaruh hingga kini ditemukannya televisi dengan rasio lebar dan panjang layar sebesar 16:9 melalui pendekatan resolusi secara horizontal dan vertikal pada pengiriman sinyal analog untuk gambar televisi NTSC yang mendukung juga suara sekualitas CD.
HDTV pertama kali dikembangkan dan digunakan oleh perusahaan penyiaran Jepang,
Dengan adanya negara Jepang sebagai pioner lahirnya HDTV membuat banyak spekulasi dan kepercayaan yang menakutkan bahwa Jepang akan mendominasi industri sistem HDTV yang dapat berpengaruh pada penjualan barang-barang elektronik. Dengan kata lain Jepang dapat menguasai pasar dan teknologi dunia. Ketakutan ini muncul dari para pembuat barang-barang elektronikdi Eropa dan Amerika. Masalah global ini mengakibatkan tidakl terciptanya konsesus internasional atau standar internasional. Oleh karena itu, kini kita dapat melihat adanya perbedaan produk televisi dengan teknologi HDTV dari Eropa dan Amerika seperti JVC, Pioneer dengan produk dari
Di Amerika perkembangan HDTV berjalan dengan menggunakan sistem terrestrial yaitu sistem penyiaran yang tidak dipungut biaya yang membedakannya dengan pelayanan melalui cable. Penggunaan sistem terrestrial ini didukung oleh organisasi untuk pengadaan barang-barang elektronik yaitu FCC. Menurut keputusan dari FCC, sebuah perusahaan penyiaraan harus didukung setidaknya untuk sitestem terrestrial ini.
Awal perkembangannya, HDTV digunakan dalam format NTSC namun sekarang HDTV dapat menggunakan gambar yang berkualitas dalam format yang berbeda-beda yaitu format NTSC, PAL, SECAM. Format seperti ini dapat kita lihat pada televisi yang kita punyai di rumah kita masing-masing pada bagian menu tampilan gambar pada layar. Sementara itu, seiring perkembangan HDTV sistem penyiaran televisi juga berkembang dan kini menyiarkan program televisi secara visual dan audio yang berdigital. Penyiaran audio digital yang bermula di Kanada dan Eropa ini mampu menyalurkan dan menampilkan kualitas suara layaknya kualitas CD melalui cara terrestrial maupun satelit. Berdasarkan National Association Broadcasters (NAB), penyiaran audio digital disarankan lebih baik hanya digunakan pada sistem terrestrial. Dan karena hal inilah ada pertentang antara oprator satelit dan para perusahaan penyiaraan lokal yang ada di AS. Walaupun demikian penyiaran audio digital kini telah memberikan banyak pengaruh dalam meningkatkan kualitas suara yang ada pada televisi atau radio sejernih suara yang ditawarkan oleh CD.
Sehubungan dengan perkembangan serat optik pada televisi, serat optik juga menawarkan kemampuannya pada aplikasi penyiaran cable, yaitu penyiaran program televisi yang dipungut biaya. Video-on-demand yang merupakan prinsip kerja dari sistem cable memberikan kemudahan bagi penonton program atau film. Kita dapat memilih film atau program yang kita inginkan dengan biaya yang sesuai dengan pemilihan film tersebut. Sebenarnya cara ini sama saja dengan sistem program televisi berlanganan, indovision. Seperti indovision, video-on-demand memiliki keunggulan yaitu mampunya penonton menyumbangkan ide atau pendapat masing-masing kepada perusahaan (interaktif).
Abstrak
Jaringan komunikasi serat optik yang sudah digunakan
di beberapa negara mempunyai berbagai keuntungan
dibanding dengan saluran kawat. Meskipun terdapat pula
kerugiannya, namun hal itu disebabkan karena keterbatasan
teknologi pada saat ini. Dengan pesatnya kemajuan
teknologi, lambat laun kerugian tersebut akan dapat
teratasi.
Dalam rangka mengoptimalkan sistem komunikasi
serat optik terutama untuk sinyal audio, maka perlu
dikembangkan mikropon optik. Mikropon optik merupakan
sensor akustik yang dapat mengubah getaran akustik menjadi
variasi gelombang cahaya. Untuk itu perlu dilakukan
proses pemodulasian intensitas energi cahaya dengan
menggunakan “moving gate” dan membran. Dari prototipe
mikropon optik diperoleh bahwa sensitivitasnya lebih
baik dari pada mikropon konvensional.
Pendahuluan
Serat optik di beberapa negara maju sudah mulai
menggantikan kedudukan kawat dalam sistem komunikasi.
Hal ini disebabkan karena serat optik memberikan beberapa
keuntungan dibanding dengan saluran kawat. Keuntungan
tersebut antara lain: mampu memberikan lebar
band yang sangat lebar dengan kecepatan transmisi data
hingga 1 Gbit/s, bebas dari gangguan
dan gelombang radio, tidak terjadi hubungan ke2
Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat
Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.
listrikan antara ujung-ujung saluran, sangat sulit
menyadap informasi sepanjang saluran, dan lebih ringan
(Roddy, 1984; Tomasi, 1992).
Disamping keuntungan-keuntungan tersebut, pemakaian
serat optik dalam sistem komunikasi mempunyai
beberapa kerugian, yakni antara lain biaya lebih mahal,
lebih sulit melakukan penyambungan, perbaikan, dan pensaklaran.
Kerugian-kerugian tersebut lambat laun akan
dapat teratasi dengan semakin pesatnya kemajuan
teknologi di bidang serat optik. Dengan demikian pemanfaatan
serat optik dalam komunikasi di masa mendatang
akan lebih luas lagi terutama di negara-negara
berkembang dimana masalah biaya menjadi pertimbangan
utama.
Sejauh ini serat optik banyak dimanfaatkan untuk
komunikasi data dalam jaringan kabel serat optik bawah
tanah dan bawah laut, karena kemampuannya dalam mentrasmisikan
data dalam jumlah besar. Disamping itu
karena kekebalannya terhadap gangguan derau dan ukurannya
yang kecil dan ringan, serat optik juga mulai digunakan
untuk saluran komunikasi di dalam pesawat udara
dan kapal laut (Schweber, 1996).
Pemakaian saluran serat optik dalam pesawat udara
dan kapal laut tersebut sepenuhnya menggantikan posisi
saluran kawat tembaga yang selama ini digunakan. Untuk
3
Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat
Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.
memperoleh sistem komunikasi yang optimal, maka pemakaian
serat optik perlu didukung oleh komponen lain
yang relevan dan setaraf dengan serat optik. Salah
satu komponen penting dalam komunikasi sinyal audio
adalah mikropon. Mikropon merupakan transduser yang
digunakan untuk mengubah variabel akustik menjadi variabel
elektrik.
Untuk menunjang komunikasi melalui serat optik,
maka dikembangkan suatu mikropon khusus yang kemudian
disebut dengan mikropon optik. Mikropon optik ini diharapkan
mempunyai unjuk kerja yang lebih baik dari
pada mikropon biasa dalam sistem komunikasi serat optik,
sehingga diperoleh kualitas komunikasi yang optimal.
Prinsip Mikropon Optik
Meskipun dalam dua puluh tahun terakhir ini
teknologi sensor optik pada umumnya sudah mencapai pada
kemajuan yang menggembirakan, namun pengembangan mikropon
optik belum dilakukan secara proposional. Akan
tetapi berbagai penelitian menunjukkan bahwa teknologi
mikropon optik juga mempunyai prospek yang baik
(Buchholz, 1995; Holmes, 1995; Ciamberlini, 1995; Bunimovlch,
1995; Ning, 1995; Othonos, 1995; Chi Wu, 1995).
4
Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat
Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.
Secara prinsip mikropon optik merupakan sensor
akustik yang berfungsi mengubah getaran akustik menjadi
variasi gelombang cahaya. Getaran akustik yang diterima
tidak secara langsung diubah menjadi gelombang cahaya,
melainkan melalui proses pemodulasian terlebih
dahulu. Energi cahaya tetap dibangkitkan oleh suatu
sumber cahaya tersendiri, sedangkan getaran akustik merupakan
sinyal informasi yang akan memodulasinya.
Proses untuk memperoleh gelombang cahaya termodulasi
tersebut tidak melalui perantara kelistrikan, sehingga
keluaran dari mikropon optik langsung bisa disalurkan
ke jaringan serat optik.
Menurut cara pemodulasiannya, mikropon optik dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu: modulasi intensitas,
modulasi polarisasi, dan modulasi phasa. Hal ini
karena ketiga karakteristik cahaya tersebutlah yang dapat
divariasi. Meskipun demikian semua proses pemodulasian
tersebut harus diturunkan menjadi variasi intensitas,
karena hanya dengan variasi intensitas inilah
dioda photo dapat merespon secara langsung (Nykolai,
1997).
Diantara ketiga jenis mikropon optik tersebut,
jenis modulasi intensitas lebih banyak dikembangkan
karena lebih sederhana dibanding dua jenis yang lain.
Dengan alasan yang sama, maka pembahasan pada tulisan
5
Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat
Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.
ini akan dibatasi pada mikropon optik jenis modulasi
intensitas tersebut. Modulasi intensitas dalam mikropon
optik menyiratkan adanya penghilangan secara selektif
bagian energi cahaya dari jalur optik.
Mikropon Optik “Moving Gate” dan Membran
Gambar 1 menunjukkan metode pemodulasian intensitas
dengan memanfaatkan “moving gate”. “Moving gate”
adalah suatu celah (lubang) cahaya yang dapat bergerak
naik turun sesuai dengan variasi intensitas suara. Getaran
akustik diterima oleh suatu balok yang secara
mekanik dihubungkan ke “moving gate” sedemikian rupa
sehingga menghalangi jalannya berkas cahaya dalam serat
optik. Gerakan “moving gate” naik dan turun yang disebabkan
oleh variasi getaran akustik tersebut mempengaruhi
perbandingan cahaya yang dilewatkan dengan
cahaya yang dipantulkan kembali (diserap). Dengan
demikian intensitas cahaya yang diteruskan (keluaran)
akan sebanding dengan kekuatan getaran akustik yang
diterima.
Sketsa yang ditunjukkan pada gambar 1 tersebut bukan
merupakan struktur yang sesungguhnya, melainkan
hanya sketsa untuk menunjukkan cara kerja mikropon optik.
Mikropon optik membutuhkan sumber cahaya yang berupa
LED atau dioda laser yang menjadi satu kesatuan
6
Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat
Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.
dengan mikropon optik. Demikian pula penerimaan pada
ujung serat optik tentu saja membutuhkan dioda photo.
Sejauh ini mikropon optik jenis “moving gate” telah
banyak digunakan dalam hidrophone.
Kelemahan utama dari metode pemodulasian intensitas
dengan “moving gate” tersebut adalah
balok dan “moving gate”nya yang relatif berat, sehingga
sensitivitas terhadap getaran akustik kurang baik. Metode
lain yang lebih banyak dilakukan penelitian adalah
dengan menggunakan membran (selaput tipis) seperti ditunjukkan
pada gambar 2.
Berkas cahaya masuk menuju serat optik mengenai
suatu membran (selaput tipis) dan cahaya dipantulkan
oleh membran tersebut kemudian diterima oleh serat optik
lain (keluaran). Apabila pada sisi membran yang
lain diberikan getaran akustik, maka posisi dan kelengkungan
membran akan bervariasi. Dengan demikian berkas
cahaya pantul yang menuju serat optik keluaran akan
bervariasi intensitasnya, karena ada sebagian cahaya
yang tidak bisa ditangkap oleh serat optik tersebut.
Posisi kedua serat optik dan membran diatur sedemikian
rupa sehingga pada saat tidak ada getaran akustik semua
cahaya pantul diterima oleh serat optik keluaran.
Variasi lain yang sudah dieksperimenkan oleh para
ahli tentang mikropon optik membran ini adalah dengan
7
Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat
Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.
menggunakan beberapa buah serat optik baik untuk cahaya
datang maupun pantul serta diberikan lensa untuk memfokuskan
cahaya sebelum mengenai membran (Nykolai, 1997).
Kelebihan mikropon optik jenis membran dibanding
jenis “moving gate” adalah sensitivitasnya yang lebih
tinggi. Hal ini karena bahan yang dipakai untuk membran
lebih ringan. Bahkan sensitivitas mikropon membran
dapat ditingkatkan lagi dengan cara menggabungkan
beberapa buah serat optik sekaligus baik untuk cahaya
datang maupun pantul.
Spesifikasi Mikropon Optik
Spesifikasi penting dari suatu mikropon optik
antara lain adalah sensitivitas, respon frekuensi, dan
getaran akustik minimum dan maksimum yang bisa diterima
(jangkah dinamik). Diantara ketiga parameter tersebut
sensitivitas merupakan parameter yang paling penting,
sehingga lebih banyak porsi kajiannya.
Pada mikropon konvensional proses konversi dari
getaran suara menjadi sinyal listrik atau yang disebut
dengan proses transduksi terjadi dalam dua tahap,
yaitu: (1) dari tekanan akustik menjadi pergeseran membran,
dan (2) dari pergeseran membran menjadi sinyal
listrik. Tahap pertama dari proses transduksi tersebut
berkaitan dengan karakteristik mekanis dari mikropon
8
Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat
Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.
dan hal ini mempengaruhi tanggapan frekuensi dan sensitivitas.
Tahap kedua berkaitan dengan jenis-jenis mikropon
konvensional seperti dinamik, kondenser, piesoelektrik,
dan karbon.
Pada mikropon optik tahapan proses tersebut lebih
rumit, yakni paling tidak meliputi tiga tahap, yaitu:
(1) dari tekanan akustik menjadi pergeseran membran,
(2) dari pergeseran membran menjadi variasi intensitas
cahaya, dan (3) dari variasi intensitas cahaya menjadi
sinyal listrik. Bahkan pada jenis transduser modulasi
phasa, tahap 2 masih dibagi menjadi dua lagi, yaitu:
(2a) dari pergeseran membran menjadi pergeseran phasa,
dan (2b) dari pergeseran phasa menjadi variasi intensitas
cahaya.
Sebagaimana pada mikropon konvensional, tahap pertama
dari transduser ini juga berkaitan dengan sifatsifat
mekanis. Tahap kedua sebagai transduksi mekanis
optis dan ketiga sebagai konversi opto-elektrik. Tahap
ketiga biasanya tidak dianggap sebagai bagian dari mikropon
optik, karena dilakukan ditempat terpisah. Dengan
demikian secara keseluruhan perjalanan sinyal dalam
mikropon optik melewati sampai
akustik (tekanan), mekanis (pergeseran), phasa , optis
(intensitas), dan elektris (tegangan).
9
Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat
Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.
Sensitivitas mikropon optik dipengaruhi oleh semua
tahapan dalam proses transduksi tersebut. Dalam metode
modulasi intensitas terdapat tiga macam sensitivitas
yang ditunjukkan pada tabel 1. Konsep sensitivitas
dalam tabel tersebut masih berupa usulan berdasarkan
beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh
para ahli (Nykolai, 1997).
Tabel 1. Sensitivitas mikropon optik
Transduksi Nama
(diusulkan)
Dimensi Satuan Simbol
Akustik => mekanis Sensitivitas
Pergeseran
panjang/tekanan m/Pa Sam
Mekanis => optis Sensitivitas
Pensaklaran
1/panjang m-1 Smo
Optis => elektris Sensitivitas
Penerimaan
tegangan mV Soe
Prototipe mikropon optik yang sudah dikembangkan
ternyata mempunyai sensitivitas yang jauh lebih baik
dari pada mikropon konvensional. Disamping itu keuntungan
lainnya adalah diperoleh dari pemakaian serat
optik dalam sistem komunikasi sinyal audio dimana mikropon
optik sebagai salah satu komponennya. Sedangkan
kekurangannya adalah timbulnya derau opto-elektris yang
berlebihan. Namun karena tahapan proses ini berada diluar
mikropon, maka perbaikan sistem komunikasi secara
keseluruhan menjadi sangat berpengaruh.
Penutup
10
Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat
Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.
Untuk mengoptimalkan jaringan sistem komunikasi
serat optik terutama untuk komunikasi sinyal audio
adalah dengan memperbaiki unjuk kerja semua komponennya,
termasuk diantaranya adalah mikropon optik.
Pengem-bangan mikropon optik meskipun masih dalam taraf
uji coba (penelitian), namun menunjukkan kemajuan yang
menggembirakan. Hal ini ternyata dimulai dari berbagai
penelitian para ahli yang sebagian besar dari kalangan
perguruan tinggi. Oleh karena itu peranan perguruan
tinggi sangat penting dalam upaya pengembangan bidang
telekomunikasi serat optik.
Keuntungan pemanfaatan mikropon optik dalam sistem
telekomunikasi terkait dengan keuntungan yang diperoleh
dari jaringan serat optik itu sendiri. Beberapa keuntungan
tersebut antara lain adalah: memungkinkannya
pengiriman data dengan kecepatan sangat tinggi karena
bandwidth yang lebar; terbebas dari gangguan
elektromaknetik atau frekuensi radio; dan keamanan kebocoran
sinyal sangat terjaga. Oleh karena itu kini
jaringan telekomunikasi serat optik semakin banyak dipakai
untuk menggantikan saluran kawat maupun satelit.
Mikropon optik merupakan sensor akustik yang dapat
mengubah getaran akustik menjadi variasi gelombang cahaya.
Untuk itu perlu dilakukan proses pemodulasian
intensitas energi cahaya oleh getaran akustik dengan
11
Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat
Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.
menggunakan “moving gate” dan membran (selaput tipis).
Keduanya pada dasarnya merupakan alat perantara antara
getaran suara dengan cahaya. Apabila terdapat getaran
suara, maka kedua alat tersebut (“moving gate” dan membran)
akan mengubah jalannya cahaya sehingga intensitasnya
berubah. Variasi intensitas cahaya ini kemudian
dideteksi dan disalurkan ke jaringan berikutnya.
Daftar Pustaka
Buchholz, M. 1995. Fiber Boost For High Speed Copper.
Telecommunications. June 1995. pp.81-82.
Bunimovlch, D. 1995. Fiber Optic Evanescent Wave Infrared
Spectroscopy of Gases in Liquids. Review of
Scientific Instruments. Vol 66 (4) April 1995.
Chi Wu. 1995. Fiber Optic Angular Displacement Sensor.
Review of Scientific Instruments. Vol 66 (6) June
1995.
Ciamberlini, C, etc. 1995. An optoelectronic Prototype
for The Detection of Road Surface Conditions. Review
of Scientific Instruments. Vol 66 (3) March
1995.
Francesco, A. etc. 1994. Optical Sensors for Electric
Substations. IEEE transactions on Instrumentation
and Measurement. Vol 43 (3). June 1994.
Herman, D.S. 1993. Pemakaian Serat Optik Dalam Komunikasi.
Cakrawala Pendidikan. November 1993.
Shock Wave Studies. Review of Scientific Instruments.
Vol 66 (3) March 1995.
Ning, YN. etc. 1995. Recent Progress in Optical Current
Sensing Techniques. Review of Scientific Instruments.
Vol 66 (5) May 1995.
12
Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat
Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.
Nykolai, B. 1997. Optical Mikropon Transduction Techniques.
Applied Acoustics, Vol 50 (1) Jan 1997.
pp.35-63.
Othonos, A. etc. 1995. Narrow Linewidth Excimer Laser
for Inserting Bragg Grattings In Optical Fibers.
Review of Scientific Instruments. Vol 66 (5) May
1995.
Roddy, D. 1984. Electronic Communication. 3rd ed.
Schweber, W. 1996. Electronic Communication Systems: A
Complete Course. 2nd ed.
Prentice-Hall, Inc.
Tomasi, W. 1988. Telecommunications: Voice/data With
Fiber optic Applications.
Prentice-Hall, Inc.
Tomasi, W. 1992. Advanced Electronic Communication Systems.
2nd ed.
Inc.
Usher, MJ. 1985. Sensors and Transducers.
McMillan Publisher, ltd.
getaran
akustik
“moving gate”
cahaya masuk cahaya keluar termodulasi
Gambar 1. Mikropon optik modulasi intensitas
dengan “moving gate”
getaran
akustik
membran
cahaya masuk cahaya keluar termodulasi
Gambar 2. Mikropon optik modulasi intensitas
dengan membran
Halaman Gambar
Biodata Penulis
Herman Dwi Surjono, Lulus Sarjana Pendidikan Teknik
Elektronika, FPTK IKIP Yogyakarta tahun 1986. Lulus
Master of Sience dalam major Industrial Education
and Technology,
dengan thesis “The Development of Computer-Assisted
Instruction (CAI) Using the ABC Authoring System for
Teaching Basic Electronics”. Mengajar di TTUC
(Technical Teacher Upgrading Center)
1986-1987. Mengajar di FPTK IKIP Yogyakarta pada
jurusan Pendidikan Teknik Elektronika tahun 1987
sampai sekarang. Mengikuti beberapa Internship dan
Workshop di
1989. Bidang penelitian yang diminati adalah telekomunikasi
dan pengembangan CAI. Publikasi 5 th
terakhir: Pemakaian Serat Optik Dalam Komunikasi
(Cakrawala Pendidikan, November 1993), Pengembangan
Program Pengajaran Berbantuan Komputer untuk pelajaran
elektronika (Jurnal Kependidikan, No.2 Th.
1995), Pengembangan Program Pengajaran Berbantuan
Komputer (CAI) Dengan Sistem Authoring (Cakrawala
Pendidikan, Juni 1996), Eksperimen Pengiriman Sinyal
Televisi Dengan Pemancar TV dan CCTV (Jurnal PTK,
Desember, th 1996).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar