Selasa, 05 Mei 2009

serat optik

Serat Optik

Saat ini, kita dapat menggunakan berbagai macam kemudahan berkomunikasi yang dihasilkan oleh teknologi telekomunikasi. Kemudahan yang dihasilkan seperti cepatnya penyampaian pesan dari suatu tempat ke tempat yang lain dan beroperasinya satelit telekomunikasi Palapa dapat terjadi karena adanya perkembangan teknologi yang bernama teknologi sistem serat optik

Teknologi ini berupa kabel terbuat dari kaca yang dapat mentransmisikan sinar cahaya dari suatu tempat dan ke tempat lain dan mengubahnya menjadi energi yang dapat digunakan oleh manusia untuk kehidupannya baik dalam berkomunikasi atau pun untuk keperluan lainnya.

Sistem serat optik telah lama digunakan dan pertama kali digunakan oleh sang penemu telepon, Alexander Graham Bell, dalam penemuannya yaitu photophone. Alat ini bekerja dengan sinar cahaya yang kemudian jatuh pada alat yang sensitif terhadap cahaya dan akhirnya memproduksi suara manusia. Beberapa tahun kemudian lahirlah alat yang disebut LED atau LD, berguna untuk pengadaan jaringan komunikasi berkapasitas tinggi. Light-Emitting Diodes (LED) dan Light Diodes merupakan alat encoding yang mengubah suara menjadi sinyal listrik transmitter (mengubah sinyal listrik menjadi sinyal gelombang) melalui energi optikal. Pengubahan energi ini dapat bekerja dengan kecepatan membawa informasi hingga 10 Gb km/s.

Telah kita ketahui bahwa sistem serat optik ini mengubah sinar cahaya menjadi energi listrik atau suara. Akan tetapi sebenarnya bagaimanakah prinsip kerja transmisi pada serat optik? Pertama-tama sumber cahaya mengubah sinyal listrik dari pemancar menjadi sinyal cahaya. Kemudian cahaya secara saling menyilang masuk ke dalam serat menuju bagian yang disebut core atau inti dan mengalami pemantulan dari arah luar core kembali ke dalam core melalui cladding. Kemampuan cladding untuk memantulkan cahaya disebabkan karena indeks biasnya lebih kecil dari indeks bias core. Lalu cahaya yang membawa informasi ini akan menuju detektor sebagai bagian akhir dari kabel dan mengubahnya kembali menjadi sinyal listrik untuk diproses lebih lanjut oleh penerima.

Proses transmisi yang dilakukan dalam sistem serat optik ternyata memiliki kelebihan-kelebihan yaitu karena menggunakan cahaya maka kapasitas informasi yang dapat dibawa sangat besar dibandingkan sistem komunikasi lainnya, ukuran kabelnya yang kecil dan ringan memudahkan pengangkutan pemasangan di lokasi yang diinginkan. Ketidak adanya interfensi atau kebalnya kabel serat optik ini terhadap gelombang lain akan memungkinkan kabel dipasang pada tegangan tinggi. Selain itu, penjagaan data yang ketat menyebabkan sulitnya informasi untuk dibajak kecuali timbulnya kerusakan pada fisik kabel, dan redaman transmisi yang kecil membuat sistem ini menggunakan repeater yang sedikit.

Setiap proses atau alat mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam aplikasinya. Demikian halnya terjadi pada sistem lain, proses transmisi yang dilakukan sistem serat optik juga memiliki kekurangan. Pada sistem ini mengenal adanya dispersi yang mengakibatkan pulsa cahaya dalam serat optik mengalami pelebaran. Lebar pulsa cahaya ini bertambah besar saat bergerak sepanjang serat optik. Karena data dikirimkan melalui serat optik dalam bentuk deretan pulsa cahaya, maka kalau lebar pulsa semakin besar maka pulsa yang berdekatan akan saling tumpang tindih.

Walaupun begitu, faktor dispersi dapat diselesaikan dengan menggunakan jenis serat optik single-mode daripada menggunakan jenis multimode. Dalam single-mode serat dibuat dengan inti yang lebih sempit volumenya sehingga jarak minimal antarpulsa cahaya dalam deretan yang dikirimkan ini memiliki batas tertentu, supaya tiap-tiap pulsa masih dikenali. Salah satu kekurangan lainnya adalah komponen yang ada dari serat optik membutuhkan dana yang lebih besar untuk kabelnya dan aplikasi yang dibuthukan untuk sistem serat optik.

Aplikasi

Pada aplikasinya sistem serat optik digunakan pada industri prduksi video karena karakteristik transmisi dan desainnya yang ringan. Kapasitas informasi yang dibawa oleh serat membuat sistem ini ideal digunakan pada studio televisi yang secara keseluruhan memakai sistem digital. Selain itu, sistem ini telah digunakan untuk menghasilkan jaringan LAN yang efisien. Sistem serat optik telah lama digunakan sebagai penunjang dari satelit dan jaringan bawah laut. Kini sebuah konsorsium serat optik laut internasional Asia-America Gateway (AAG) sedang membangun jaringan dari Singapura, Malaysia, Hongkong, langsung ke AS melalui Guam dan tentu saja melewati Indonesia.

Tidak hanya dalam teknologi telekomunikasi, serat optik juga telah membawa pengaruh besar dalam bidang kedokteran, yaitu dengan adanya jenis tertentu untuk operasi dengan laser. Serat ini digunakan juga sebagai fiberscope yang berfungsi sebagai alat penunjuk bagian dalam tubuh seseorang ketika sedang diadakannya operasi.

Dari penjelasan yang telah dituliskan sebelumnya bahwa serat optik dapat mengubah cahaya menjadi energi listrik maka serat optik juga mampu mentransmisikan gambar dan besar pengaruhnya pada perkembangan televisi berdefinisi tinggi atau High-Definition Television (HDTV). Teknologi televisi ini meningkatkan kualitas gambar dan film pada tampilan layar televisi serta meningkatkan kualitas suara. Pengembangan HDTV telah membawa pengaruh hingga kini ditemukannya televisi dengan rasio lebar dan panjang layar sebesar 16:9 melalui pendekatan resolusi secara horizontal dan vertikal pada pengiriman sinyal analog untuk gambar televisi NTSC yang mendukung juga suara sekualitas CD.

HDTV pertama kali dikembangkan dan digunakan oleh perusahaan penyiaran Jepang, Nippon Hōsō Kyōkai (NHK). Kemudian NHK melakukan pengembangan peralatan dari HDTV dan mampu menyiarkan program menggunakan transmisi tersebut di Jepang dan AS. Perusahaan televisi yang digandeng oleh NHK di AS adalah perusahaan penyiaran CBS. Perkembangan yang dilakukan baik oleh NHK, CBS dan pihak lainnya telah mendukung lahirnya sistem telekomunikasi khususnya televisi dengan sistem digital secara keseluruhan.

Dengan adanya negara Jepang sebagai pioner lahirnya HDTV membuat banyak spekulasi dan kepercayaan yang menakutkan bahwa Jepang akan mendominasi industri sistem HDTV yang dapat berpengaruh pada penjualan barang-barang elektronik. Dengan kata lain Jepang dapat menguasai pasar dan teknologi dunia. Ketakutan ini muncul dari para pembuat barang-barang elektronikdi Eropa dan Amerika. Masalah global ini mengakibatkan tidakl terciptanya konsesus internasional atau standar internasional. Oleh karena itu, kini kita dapat melihat adanya perbedaan produk televisi dengan teknologi HDTV dari Eropa dan Amerika seperti JVC, Pioneer dengan produk dari Asia tepatnya Jepang seperti Sony, Toshiba, Fujitsu.

Di Amerika perkembangan HDTV berjalan dengan menggunakan sistem terrestrial yaitu sistem penyiaran yang tidak dipungut biaya yang membedakannya dengan pelayanan melalui cable. Penggunaan sistem terrestrial ini didukung oleh organisasi untuk pengadaan barang-barang elektronik yaitu FCC. Menurut keputusan dari FCC, sebuah perusahaan penyiaraan harus didukung setidaknya untuk sitestem terrestrial ini.

Awal perkembangannya, HDTV digunakan dalam format NTSC namun sekarang HDTV dapat menggunakan gambar yang berkualitas dalam format yang berbeda-beda yaitu format NTSC, PAL, SECAM. Format seperti ini dapat kita lihat pada televisi yang kita punyai di rumah kita masing-masing pada bagian menu tampilan gambar pada layar. Sementara itu, seiring perkembangan HDTV sistem penyiaran televisi juga berkembang dan kini menyiarkan program televisi secara visual dan audio yang berdigital. Penyiaran audio digital yang bermula di Kanada dan Eropa ini mampu menyalurkan dan menampilkan kualitas suara layaknya kualitas CD melalui cara terrestrial maupun satelit. Berdasarkan National Association Broadcasters (NAB), penyiaran audio digital disarankan lebih baik hanya digunakan pada sistem terrestrial. Dan karena hal inilah ada pertentang antara oprator satelit dan para perusahaan penyiaraan lokal yang ada di AS. Walaupun demikian penyiaran audio digital kini telah memberikan banyak pengaruh dalam meningkatkan kualitas suara yang ada pada televisi atau radio sejernih suara yang ditawarkan oleh CD.

Sehubungan dengan perkembangan serat optik pada televisi, serat optik juga menawarkan kemampuannya pada aplikasi penyiaran cable, yaitu penyiaran program televisi yang dipungut biaya. Video-on-demand yang merupakan prinsip kerja dari sistem cable memberikan kemudahan bagi penonton program atau film. Kita dapat memilih film atau program yang kita inginkan dengan biaya yang sesuai dengan pemilihan film tersebut. Sebenarnya cara ini sama saja dengan sistem program televisi berlanganan, indovision. Seperti indovision, video-on-demand memiliki keunggulan yaitu mampunya penonton menyumbangkan ide atau pendapat masing-masing kepada perusahaan (interaktif).

Abstrak

Jaringan komunikasi serat optik yang sudah digunakan

di beberapa negara mempunyai berbagai keuntungan

dibanding dengan saluran kawat. Meskipun terdapat pula

kerugiannya, namun hal itu disebabkan karena keterbatasan

teknologi pada saat ini. Dengan pesatnya kemajuan

teknologi, lambat laun kerugian tersebut akan dapat

teratasi.

Dalam rangka mengoptimalkan sistem komunikasi

serat optik terutama untuk sinyal audio, maka perlu

dikembangkan mikropon optik. Mikropon optik merupakan

sensor akustik yang dapat mengubah getaran akustik menjadi

variasi gelombang cahaya. Untuk itu perlu dilakukan

proses pemodulasian intensitas energi cahaya dengan

menggunakan “moving gate” dan membran. Dari prototipe

mikropon optik diperoleh bahwa sensitivitasnya lebih

baik dari pada mikropon konvensional.

Pendahuluan

Serat optik di beberapa negara maju sudah mulai

menggantikan kedudukan kawat dalam sistem komunikasi.

Hal ini disebabkan karena serat optik memberikan beberapa

keuntungan dibanding dengan saluran kawat. Keuntungan

tersebut antara lain: mampu memberikan lebar

band yang sangat lebar dengan kecepatan transmisi data

hingga 1 Gbit/s, bebas dari gangguan medan elektromaknetik

dan gelombang radio, tidak terjadi hubungan ke2

Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat

Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.

listrikan antara ujung-ujung saluran, sangat sulit

menyadap informasi sepanjang saluran, dan lebih ringan

(Roddy, 1984; Tomasi, 1992).

Disamping keuntungan-keuntungan tersebut, pemakaian

serat optik dalam sistem komunikasi mempunyai

beberapa kerugian, yakni antara lain biaya lebih mahal,

lebih sulit melakukan penyambungan, perbaikan, dan pensaklaran.

Kerugian-kerugian tersebut lambat laun akan

dapat teratasi dengan semakin pesatnya kemajuan

teknologi di bidang serat optik. Dengan demikian pemanfaatan

serat optik dalam komunikasi di masa mendatang

akan lebih luas lagi terutama di negara-negara

berkembang dimana masalah biaya menjadi pertimbangan

utama.

Sejauh ini serat optik banyak dimanfaatkan untuk

komunikasi data dalam jaringan kabel serat optik bawah

tanah dan bawah laut, karena kemampuannya dalam mentrasmisikan

data dalam jumlah besar. Disamping itu

karena kekebalannya terhadap gangguan derau dan ukurannya

yang kecil dan ringan, serat optik juga mulai digunakan

untuk saluran komunikasi di dalam pesawat udara

dan kapal laut (Schweber, 1996).

Pemakaian saluran serat optik dalam pesawat udara

dan kapal laut tersebut sepenuhnya menggantikan posisi

saluran kawat tembaga yang selama ini digunakan. Untuk

3

Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat

Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.

memperoleh sistem komunikasi yang optimal, maka pemakaian

serat optik perlu didukung oleh komponen lain

yang relevan dan setaraf dengan serat optik. Salah

satu komponen penting dalam komunikasi sinyal audio

adalah mikropon. Mikropon merupakan transduser yang

digunakan untuk mengubah variabel akustik menjadi variabel

elektrik.

Untuk menunjang komunikasi melalui serat optik,

maka dikembangkan suatu mikropon khusus yang kemudian

disebut dengan mikropon optik. Mikropon optik ini diharapkan

mempunyai unjuk kerja yang lebih baik dari

pada mikropon biasa dalam sistem komunikasi serat optik,

sehingga diperoleh kualitas komunikasi yang optimal.

Prinsip Mikropon Optik

Meskipun dalam dua puluh tahun terakhir ini

teknologi sensor optik pada umumnya sudah mencapai pada

kemajuan yang menggembirakan, namun pengembangan mikropon

optik belum dilakukan secara proposional. Akan

tetapi berbagai penelitian menunjukkan bahwa teknologi

mikropon optik juga mempunyai prospek yang baik

(Buchholz, 1995; Holmes, 1995; Ciamberlini, 1995; Bunimovlch,

1995; Ning, 1995; Othonos, 1995; Chi Wu, 1995).

4

Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat

Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.

Secara prinsip mikropon optik merupakan sensor

akustik yang berfungsi mengubah getaran akustik menjadi

variasi gelombang cahaya. Getaran akustik yang diterima

tidak secara langsung diubah menjadi gelombang cahaya,

melainkan melalui proses pemodulasian terlebih

dahulu. Energi cahaya tetap dibangkitkan oleh suatu

sumber cahaya tersendiri, sedangkan getaran akustik merupakan

sinyal informasi yang akan memodulasinya.

Proses untuk memperoleh gelombang cahaya termodulasi

tersebut tidak melalui perantara kelistrikan, sehingga

keluaran dari mikropon optik langsung bisa disalurkan

ke jaringan serat optik.

Menurut cara pemodulasiannya, mikropon optik dapat

dikategorikan menjadi tiga, yaitu: modulasi intensitas,

modulasi polarisasi, dan modulasi phasa. Hal ini

karena ketiga karakteristik cahaya tersebutlah yang dapat

divariasi. Meskipun demikian semua proses pemodulasian

tersebut harus diturunkan menjadi variasi intensitas,

karena hanya dengan variasi intensitas inilah

dioda photo dapat merespon secara langsung (Nykolai,

1997).

Diantara ketiga jenis mikropon optik tersebut,

jenis modulasi intensitas lebih banyak dikembangkan

karena lebih sederhana dibanding dua jenis yang lain.

Dengan alasan yang sama, maka pembahasan pada tulisan

5

Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat

Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.

ini akan dibatasi pada mikropon optik jenis modulasi

intensitas tersebut. Modulasi intensitas dalam mikropon

optik menyiratkan adanya penghilangan secara selektif

bagian energi cahaya dari jalur optik.

Mikropon Optik “Moving Gate” dan Membran

Gambar 1 menunjukkan metode pemodulasian intensitas

dengan memanfaatkan “moving gate”. “Moving gate

adalah suatu celah (lubang) cahaya yang dapat bergerak

naik turun sesuai dengan variasi intensitas suara. Getaran

akustik diterima oleh suatu balok yang secara

mekanik dihubungkan ke “moving gate” sedemikian rupa

sehingga menghalangi jalannya berkas cahaya dalam serat

optik. Gerakan “moving gate” naik dan turun yang disebabkan

oleh variasi getaran akustik tersebut mempengaruhi

perbandingan cahaya yang dilewatkan dengan

cahaya yang dipantulkan kembali (diserap). Dengan

demikian intensitas cahaya yang diteruskan (keluaran)

akan sebanding dengan kekuatan getaran akustik yang

diterima.

Sketsa yang ditunjukkan pada gambar 1 tersebut bukan

merupakan struktur yang sesungguhnya, melainkan

hanya sketsa untuk menunjukkan cara kerja mikropon optik.

Mikropon optik membutuhkan sumber cahaya yang berupa

LED atau dioda laser yang menjadi satu kesatuan

6

Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat

Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.

dengan mikropon optik. Demikian pula penerimaan pada

ujung serat optik tentu saja membutuhkan dioda photo.

Sejauh ini mikropon optik jenis “moving gate” telah

banyak digunakan dalam hidrophone.

Kelemahan utama dari metode pemodulasian intensitas

dengan “moving gate” tersebut adalah massa dari

balok dan “moving gate”nya yang relatif berat, sehingga

sensitivitas terhadap getaran akustik kurang baik. Metode

lain yang lebih banyak dilakukan penelitian adalah

dengan menggunakan membran (selaput tipis) seperti ditunjukkan

pada gambar 2.

Berkas cahaya masuk menuju serat optik mengenai

suatu membran (selaput tipis) dan cahaya dipantulkan

oleh membran tersebut kemudian diterima oleh serat optik

lain (keluaran). Apabila pada sisi membran yang

lain diberikan getaran akustik, maka posisi dan kelengkungan

membran akan bervariasi. Dengan demikian berkas

cahaya pantul yang menuju serat optik keluaran akan

bervariasi intensitasnya, karena ada sebagian cahaya

yang tidak bisa ditangkap oleh serat optik tersebut.

Posisi kedua serat optik dan membran diatur sedemikian

rupa sehingga pada saat tidak ada getaran akustik semua

cahaya pantul diterima oleh serat optik keluaran.

Variasi lain yang sudah dieksperimenkan oleh para

ahli tentang mikropon optik membran ini adalah dengan

7

Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat

Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.

menggunakan beberapa buah serat optik baik untuk cahaya

datang maupun pantul serta diberikan lensa untuk memfokuskan

cahaya sebelum mengenai membran (Nykolai, 1997).

Kelebihan mikropon optik jenis membran dibanding

jenis “moving gate” adalah sensitivitasnya yang lebih

tinggi. Hal ini karena bahan yang dipakai untuk membran

lebih ringan. Bahkan sensitivitas mikropon membran

dapat ditingkatkan lagi dengan cara menggabungkan

beberapa buah serat optik sekaligus baik untuk cahaya

datang maupun pantul.

Spesifikasi Mikropon Optik

Spesifikasi penting dari suatu mikropon optik

antara lain adalah sensitivitas, respon frekuensi, dan

getaran akustik minimum dan maksimum yang bisa diterima

(jangkah dinamik). Diantara ketiga parameter tersebut

sensitivitas merupakan parameter yang paling penting,

sehingga lebih banyak porsi kajiannya.

Pada mikropon konvensional proses konversi dari

getaran suara menjadi sinyal listrik atau yang disebut

dengan proses transduksi terjadi dalam dua tahap,

yaitu: (1) dari tekanan akustik menjadi pergeseran membran,

dan (2) dari pergeseran membran menjadi sinyal

listrik. Tahap pertama dari proses transduksi tersebut

berkaitan dengan karakteristik mekanis dari mikropon

8

Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat

Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.

dan hal ini mempengaruhi tanggapan frekuensi dan sensitivitas.

Tahap kedua berkaitan dengan jenis-jenis mikropon

konvensional seperti dinamik, kondenser, piesoelektrik,

dan karbon.

Pada mikropon optik tahapan proses tersebut lebih

rumit, yakni paling tidak meliputi tiga tahap, yaitu:

(1) dari tekanan akustik menjadi pergeseran membran,

(2) dari pergeseran membran menjadi variasi intensitas

cahaya, dan (3) dari variasi intensitas cahaya menjadi

sinyal listrik. Bahkan pada jenis transduser modulasi

phasa, tahap 2 masih dibagi menjadi dua lagi, yaitu:

(2a) dari pergeseran membran menjadi pergeseran phasa,

dan (2b) dari pergeseran phasa menjadi variasi intensitas

cahaya.

Sebagaimana pada mikropon konvensional, tahap pertama

dari transduser ini juga berkaitan dengan sifatsifat

mekanis. Tahap kedua sebagai transduksi mekanis

optis dan ketiga sebagai konversi opto-elektrik. Tahap

ketiga biasanya tidak dianggap sebagai bagian dari mikropon

optik, karena dilakukan ditempat terpisah. Dengan

demikian secara keseluruhan perjalanan sinyal dalam

mikropon optik melewati sampai lima tahapan, yakni:

akustik (tekanan), mekanis (pergeseran), phasa , optis

(intensitas), dan elektris (tegangan).

9

Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat

Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.

Sensitivitas mikropon optik dipengaruhi oleh semua

tahapan dalam proses transduksi tersebut. Dalam metode

modulasi intensitas terdapat tiga macam sensitivitas

yang ditunjukkan pada tabel 1. Konsep sensitivitas

dalam tabel tersebut masih berupa usulan berdasarkan

beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh

para ahli (Nykolai, 1997).

Tabel 1. Sensitivitas mikropon optik

Transduksi Nama

(diusulkan)

Dimensi Satuan Simbol

Akustik => mekanis Sensitivitas

Pergeseran

panjang/tekanan m/Pa Sam

Mekanis => optis Sensitivitas

Pensaklaran

1/panjang m-1 Smo

Optis => elektris Sensitivitas

Penerimaan

tegangan mV Soe

Prototipe mikropon optik yang sudah dikembangkan

ternyata mempunyai sensitivitas yang jauh lebih baik

dari pada mikropon konvensional. Disamping itu keuntungan

lainnya adalah diperoleh dari pemakaian serat

optik dalam sistem komunikasi sinyal audio dimana mikropon

optik sebagai salah satu komponennya. Sedangkan

kekurangannya adalah timbulnya derau opto-elektris yang

berlebihan. Namun karena tahapan proses ini berada diluar

mikropon, maka perbaikan sistem komunikasi secara

keseluruhan menjadi sangat berpengaruh.

Penutup

10

Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat

Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.

Untuk mengoptimalkan jaringan sistem komunikasi

serat optik terutama untuk komunikasi sinyal audio

adalah dengan memperbaiki unjuk kerja semua komponennya,

termasuk diantaranya adalah mikropon optik.

Pengem-bangan mikropon optik meskipun masih dalam taraf

uji coba (penelitian), namun menunjukkan kemajuan yang

menggembirakan. Hal ini ternyata dimulai dari berbagai

penelitian para ahli yang sebagian besar dari kalangan

perguruan tinggi. Oleh karena itu peranan perguruan

tinggi sangat penting dalam upaya pengembangan bidang

telekomunikasi serat optik.

Keuntungan pemanfaatan mikropon optik dalam sistem

telekomunikasi terkait dengan keuntungan yang diperoleh

dari jaringan serat optik itu sendiri. Beberapa keuntungan

tersebut antara lain adalah: memungkinkannya

pengiriman data dengan kecepatan sangat tinggi karena

bandwidth yang lebar; terbebas dari gangguan medan

elektromaknetik atau frekuensi radio; dan keamanan kebocoran

sinyal sangat terjaga. Oleh karena itu kini

jaringan telekomunikasi serat optik semakin banyak dipakai

untuk menggantikan saluran kawat maupun satelit.

Mikropon optik merupakan sensor akustik yang dapat

mengubah getaran akustik menjadi variasi gelombang cahaya.

Untuk itu perlu dilakukan proses pemodulasian

intensitas energi cahaya oleh getaran akustik dengan

11

Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat

Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.

menggunakan “moving gate” dan membran (selaput tipis).

Keduanya pada dasarnya merupakan alat perantara antara

getaran suara dengan cahaya. Apabila terdapat getaran

suara, maka kedua alat tersebut (“moving gate” dan membran)

akan mengubah jalannya cahaya sehingga intensitasnya

berubah. Variasi intensitas cahaya ini kemudian

dideteksi dan disalurkan ke jaringan berikutnya.

Daftar Pustaka

Buchholz, M. 1995. Fiber Boost For High Speed Copper.

Telecommunications. June 1995. pp.81-82.

Bunimovlch, D. 1995. Fiber Optic Evanescent Wave Infrared

Spectroscopy of Gases in Liquids. Review of

Scientific Instruments. Vol 66 (4) April 1995.

Chi Wu. 1995. Fiber Optic Angular Displacement Sensor.

Review of Scientific Instruments. Vol 66 (6) June

1995.

Ciamberlini, C, etc. 1995. An optoelectronic Prototype

for The Detection of Road Surface Conditions. Review

of Scientific Instruments. Vol 66 (3) March

1995.

Francesco, A. etc. 1994. Optical Sensors for Electric

Substations. IEEE transactions on Instrumentation

and Measurement. Vol 43 (3). June 1994.

Herman, D.S. 1993. Pemakaian Serat Optik Dalam Komunikasi.

Cakrawala Pendidikan. November 1993.

Holmes, NC. 1995. Fiber-Coupled Optical Pyrometer for

Shock Wave Studies. Review of Scientific Instruments.

Vol 66 (3) March 1995.

Ning, YN. etc. 1995. Recent Progress in Optical Current

Sensing Techniques. Review of Scientific Instruments.

Vol 66 (5) May 1995.

12

Surjono, H. (1998). Pengembangan Mikropon Optik Sebagai Alternatif Dalam Komunikasi Serat

Optik. Cakrawala Pendidikan. No. 1 (XVII): 63-69.

Nykolai, B. 1997. Optical Mikropon Transduction Techniques.

Applied Acoustics, Vol 50 (1) Jan 1997.

pp.35-63.

Othonos, A. etc. 1995. Narrow Linewidth Excimer Laser

for Inserting Bragg Grattings In Optical Fibers.

Review of Scientific Instruments. Vol 66 (5) May

1995.

Roddy, D. 1984. Electronic Communication. 3rd ed.

Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.

Schweber, W. 1996. Electronic Communication Systems: A

Complete Course. 2nd ed. Englewood Cliffs, NJ:

Prentice-Hall, Inc.

Tomasi, W. 1988. Telecommunications: Voice/data With

Fiber optic Applications. Englewood Cliffs, NJ:

Prentice-Hall, Inc.

Tomasi, W. 1992. Advanced Electronic Communication Systems.

2nd ed. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall,

Inc.

Usher, MJ. 1985. Sensors and Transducers. London:

McMillan Publisher, ltd.

getaran

akustik

moving gate

cahaya masuk cahaya keluar termodulasi

Gambar 1. Mikropon optik modulasi intensitas

dengan “moving gate

getaran

akustik

membran

cahaya masuk cahaya keluar termodulasi

Gambar 2. Mikropon optik modulasi intensitas

dengan membran

Halaman Gambar

Biodata Penulis

Herman Dwi Surjono, Lulus Sarjana Pendidikan Teknik

Elektronika, FPTK IKIP Yogyakarta tahun 1986. Lulus

Master of Sience dalam major Industrial Education

and Technology, Iowa State University tahun 1994

dengan thesis “The Development of Computer-Assisted

Instruction (CAI) Using the ABC Authoring System for

Teaching Basic Electronics”. Mengajar di TTUC

(Technical Teacher Upgrading Center) Bandung tahun

1986-1987. Mengajar di FPTK IKIP Yogyakarta pada

jurusan Pendidikan Teknik Elektronika tahun 1987

sampai sekarang. Mengikuti beberapa Internship dan

Workshop di PAU Mikroelek-tronika ITB tahun 1988-

1989. Bidang penelitian yang diminati adalah telekomunikasi

dan pengembangan CAI. Publikasi 5 th

terakhir: Pemakaian Serat Optik Dalam Komunikasi

(Cakrawala Pendidikan, November 1993), Pengembangan

Program Pengajaran Berbantuan Komputer untuk pelajaran

elektronika (Jurnal Kependidikan, No.2 Th.

1995), Pengembangan Program Pengajaran Berbantuan

Komputer (CAI) Dengan Sistem Authoring (Cakrawala

Pendidikan, Juni 1996), Eksperimen Pengiriman Sinyal

Televisi Dengan Pemancar TV dan CCTV (Jurnal PTK,

Desember, th 1996).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar